BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri
individu, tingkat pendidikan seseorang mempunyai korelasi yang tinggi dengan
kedudukan sosialnya. Sebagaimana pernyataan Nasution dalam bukunya Sosiologi
Pendidikan menyatakan bahwa:
“Dalam
berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan
sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi
yang tinggi antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang
telah ditempuhnya” [1]
Pendidikan
dalam hal ini memiliki peranan yang strategis dalam membentuk stratifikasi sosial.
Sehingga banyak sekali orangtua/wali yang ingin menyekolahkan anak-anaknya
sampai kejenjang yang setinggi mungkin, tanpa melihat bagaimana keaadaan
ekonominya saat ini. Karena dianggapnya dengan semakin tingginya tingkat
pendidikan yang ditempuh anak-anaknya, maka makin besarlah kesempatannya untuk
mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan tinggi untuk mendapat kedudukan yang
baik dan dengan demikian masuk golongan sosial menengah atas.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana pengertian
pendidikan dan stratifikasi sosial?
2.
Bagaimana hubungan
pendidikan dan stratifikasi sosial?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
pendidikan dan strartifikasi sosial.
2.
Mengetahui hubungan
pendidikan dan stratifikasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
1.
Pengertian
Pendidikan
Menurut
kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara
atau perbuatan mendidik.[1]
Konsep
pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab I Pasal 1 Ayat 1, pendidikan didefinisikan
sebagai:
“Usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.”
Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang harus direncanakan dengan penuh kesadaran.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Prayitno menjelaskan tentang pengertian pendidikanyaitu: [5]
“Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”
Dari
beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengembangkan potensi yang ada dalam diri
seseorang dan untuk memunculkan kecerdasan beragama, berbangsa dan bernegara.
2.
Pengertian
Stratifikasi Sosial
Menurut Mosaca, stratifikasi sosial adalah pembedaan
anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Menurut Max Weber,
stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu atas lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise.[2]
Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang
menunjukkan adanya perbedaan dan atau pengelompokan suatu kelompok sosial
(komunitas) secara bertingkat.
Adanya golongan-golongan yang timbul di masyarakat
muncul karena adanya perbedaan status di dalamnya. Untuk menentukan
stratifikasi sosial dapat diikuti dengan 3 metode, yaitu
a.
Metode obyektif,
dimana stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria yang obyektif, yang bisa
dilihat dari jumlah pendapatan, tinggi pendidikan, jenis pekerjaan dan kriteria
lainnya. Keterangan yang didapat berdasarkan hasil sensus penduduk. Contoh pada
masyarakat di Amerika Serikat (1954) dari hasil sensusnya dapat diketahui bahwa
ternyata dokter menempati kedudukan tertinggi dalam masyarakat yang sama
kedudukannya dengan gubernur. Guru lebih rendah dari kapten tentara sedangkan
penyemir sepatu menduduki tempat paling rendah (Nasution, 2009:27).
b.
Metode
subyektif, dimana masyarakat digolongkan menurut pandangan anggota masyarakat
yang menilai dirinya sendiri dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat. Metode
ini menggolongkan masyarakat sebagaimana dia merumuskan sendiri dan menempatkan
sendiri posisinya dalam masyarakat. Kelemahannya adalah kadang tanggapan orang
tidak sesuai dengan tanggapan dirinya mengenai posisinya dalam masyarakat.
c.
Metode reputasi,
metode ini memberikan kesempatan pada orang dalam masyarakat itu sendiri untuk
menentukan golongan mana yang terdapat dalam masyarakat itu lalu
mengidentifikasi anggota masyarakat ke golongan tertentu. Bisa dikatakan tidak
ada kriteria yang sama yang berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai
masyarakat di dunia ini. Semisal kriteria penggolongan di desa berbeda dengan
kriteria penggolongan di kota[3]
B.
Hubungan
Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan
tertinggi yang didapatkan seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan
sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara
kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya,
meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin
kedudukan sosial yang tinggi.
Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial
antara lain terjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak
melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Sementara orang yang termasuk
golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai
perguruan tinggi.
Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis,
yang mempunyai pendapatan besar tinggal dirumah elit dan merasa termasuk
golongan atas akan mengusahakan anaknya masuk universitas dan memperoleh gelar
akademis. Sebaliknya anak yang orangtuanya tinggal di gubuk kecil, tak dapat
diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi.
Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap
tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis
pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya
diperguruan tinggi.
Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan
memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk belajar di perguruan
tinggi. Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan
cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan pertimbangan setelah
lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahlianyya. Dapat
diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah
daripada yang berasal dari golongan atas.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pendidikan
adalah pendidikan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengembangkan potensi yang
ada dalam diri seseorang dan untuk memunculkan kecerdasan beragama, berbangsa
dan bernegara. Sedangkan stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan dan
atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat.
2.
Hubungan antara
pendidikan dan stratifikasi sosial, pendidikan mempengaruhi tingkatan sosial
seseorang dalam masyarakat karena biasanya semakin tinggi pendidikan seseorang
maka ia akan dianggap sebagai golongan atas. Begitu pula sebaliknya, tingkat
sosial seseorang akan mempengaruhi jenis pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadaminto. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakra: Balai Pust